No hate. No violence
Races? Only one Human race
United We Stand, Divided We Fall
Radio Islam
Know Your enemy!
No time to waste. Act now!
Tomorrow it will be too late

English

Franç.

Deutsch

عربي

Sven.

Español

Portug.

Italiano

Русск.

бълг.

Hrvat.

Češt.

Dansk

Suomi

Magyar

Neder.

Norsk

Polski

Rom.

Srpski

Slov.

Indon.

فارسی

Türkçe

日本語

汉语


Kata pengantar untuk sebuah terjemahan dalam bahasa Arab atas skripsi Marie-Paule Mémy dan dari saya sendiri skripsi pembelaan

oleh Robert Faurisson

Perang dunia kedua telah menimbulkan berbagai macam ketakutan, penderitaan, dan keingintahuan-keingintahuan yang sampai dengan hari ini masih sulit untuk mencernanya dengan penuh kedamaian hati.

Tetapi paling tidak kita harus menerapkan metoda-metoda rutin kritik sejarah pada semua aspek-aspek dari perang tersebut, bahkan terutama pada pengujian masalah-masalah yang paling kontroversial;

Masalah kesejarahwan yang khususnya dipelajari oleh para kaum revisionis (kaum pembaharuan) baik di Prancis dengan Paul Rassinier, di Amerika Serikat dengan Arthur Robert Butz, di Jerman dengan Wilhelm Staeglich, di Itali dengan Carlo Mattogno dsb adalah sebagai berikut:

-- jelas sekali bahwa Hitler telah memperlakukan kaum Yahudi sebagai musuh yang resmi;

-- jelas sekali bahwa beliau menempatkan beberapa diantara mereka ke dalam kamp-kamp konsentrasi;

-- tetapi benarkah Hitler bermaksud sungguh-sungguh menghapus kaum Yahudi yang lahir di Eropa?

Jawaban saya mengenai pertanyaan ini sama dengan para penulis revisionis yang diantara sekian banyak di seluruh dunia tetap teguh walaupun adanya politik diam atau represi yang ada terhadap mereka selama bertahun-tahun. Jawaban kita adalah sebagai berikut:

politik eksterminasi untuk Yahudi dan penggunaan terhadap efek ruangan bergaz bunuhdiri di Auschwitz atau tempat lainnya adalah kesalahan hukuman-kesalahan hukuman yang diterapkan pada semua jenis perang dan yang ditimbulkan hanya untuk propaganda perang.

Menurut pendapat kita propaganda tersebut bersifat merusak. Di Auschwitz hanya ada kutu yang diberantas dengan gaz.

Memang selama kita percaya pada kesalahan hukuman (yang berdasarkan selera semata-mata) tersebut kita tidak akan pernah dapat tahu kejahatan yang sebenarnya, hanya perang itu sendiri dengan semua serentan kekerasan-kekerasanya : kekekerasan yang sengaja seperti terorisme dengan semua bentuknya atau ketakutan yang sengaja seperti epidemi tipes atau sakit panas tipes menyerang kamp konsentrasi.

Banyak orang yang percaya dengan sungguh-sungguh pada kerasnya fiksi yang ditanamkan untuk melawan Jerman. Mereka membayangkan bahwa sebagian dari mayat yang sering diperlihatkan pada mereka adalah bukti bahwa orang-orang Jerman telah membunuh secara sistematis para orang-orang yang dideportasi. Sebenarnya mereka adalah orang-orang yang dideportasikan yang mati karena berbagai penyakit epidemi dan rendahnya makanan yang mereka terima dalam kondisi mengerikan selama minggu-minggu terakhir masa perang. Dalam suasana Jerman yang hancur, miskin karena perang, pertumpahan darah, hampir-hampir dilanda kelaparan, hancur lebur karena dibom dimana bantuan makanan, obat-obatan dan berbagai transport tidak bisa sampai ditujuan. Sudah tentu orang orang pendeportasian yang dipindah-pindah dari satu kamp ke kamp lainnya, dan yang dalam suasana menangnya blok Timur dan Barat, hidup dalam suasana yang sengsara. Hasil dari kesengsaraan tersebut inilah yang difilmkan oleh para Sekutu dan diperlihatkan ke seluruh dunia. Darisinilah mereka dimaafkan tentang kesengsaraan mereka atau bahkan mereka menyembunyikannya.

Banyak dari mereka melihat tungku pembakaran dalam kamp-kamp yang dibebaskan. Tungku-tungku tersebut digunakan untuk membakar mayat-mayat.

Banyak orang melihat ruangan-ruangan bergaz pengusir virus (disinfection) dalam kamp-kamp yang sama. Ruangan-ruangan bergaz tersebut dipakai untuk membersihkan pakaian-pakaian dari penyakit.

Tungku-tungku dan ruangan-ruangan bergaz berguna untuk masalah kebersihan (higienik).

Penting dicatat dibawa efek sebuah propaganda, banyak orang yang akhirnya percaya bahwa ruangan-ruangan bergaz tersebut dan tungku-tungku tersebut dibuat untuk kepentingan yang sangat berlawanan yaitu untuk menghabisi hidup !

Banyak orang menceriterakan bahwa mereka mengunjungi di beberapa kamp-kamp ruangan-ruangan yang digunakan untuk membunuh. Pada realitasnya apa yang mereka lihat hanyalah kamar-kamar yang tak berguna (kamar mandi, kamar-kamar kosong dingin...) dan bahwa penanggung-jawab penanggung jawab museum (di Auschwitz, di Struthof, di Mauthausen, di Majdanek...) memperlihatkan ruangan-ruangan tersebut sebagai ruangan bergaz yang digunakan untuk membunuh orang-orang yang tak berdosa sebagai korban orang-orang Jerman.

Para pengunjung museum-museum tersebut haruslah waspada. Para pembaca buku-buku dan dokumen-dokumen mengenai deportasi seharusnya sadar akan letargi dimana mereka berusaha mempertahankannya. Saya secara pribadi juga percaya pada mitos-mitos tersebut. Dengan demikian saya setuju dengan orang-orang yang percaya mengenainya. Saya hanya menganggap mereka sebagai orang-orang korban sebuah kebohongan sejarah : yaitu yang mengenai percaya adanya pembunuhan massal dengan gaz (genocide), kemudian mengenai ceritera bersambung Holocauste dan yang mengenai ceritera "Shoah".

Kebohongan tersebut memang dibuat oleh orang-orang Yahudi. Kebohongan tersebut dilahirkan dilingkungan Yahudi asli dari Slowakia, Polandia selama perang. Kemudian dibawa dan berhenti sebentar oleh orang-orang dilingkungan Yahudi yang berada di Swiss yang menuju ke Inggris dan Amerika Serikat. Di lingkungan Yahudi Amerika, mereka mengorbitkan publikasi secara resmi pada tahun 1944 sebuah laporan yang tidak benar : Pengungsi perang di luar negeri (War Refugee Board) tentang Auschwitz. Laporan ini disiarkan dari Gedung Putih berfungsi untuk mendukung sebuah pilar besar sekali tentang kebohongan dan bahwa kemudian semua sekutu-sekutu termasuk didalamnya Uni Sovyet ikut serta membagikan perlawanannya terhadap Jerman yang menang. "Proses Nuremberg" berasal dari sini. Para sekutu berhasil memaksa Jerman untuk menyerahkan sebagian tanah jajahannya yang terpotong menjadi dua bagian dan yang diduduki oleh empat kekuatan pemenang. Pada "proses Nuremberg" kita diberitahu bahwa jumlah korban naik mencapai enam juta tanpa sedikitpun diberi bukti. Dengan "hecatombe" semacam ini yang dibuat secara khusus dalam sejarah, kita diberi tahu bahwa orang-orang Yahudi berhak terhadap reparasi (pembetulan kembali) yang tak terkecuali dalam sejarah: sebagai konsekwensinya mereka diberi semacam daerah teritorial yang menjadi milik bangsa lain. Demikianlah terciptanya suatu negara 1948 yaitu Israel. Tahun berikutnya, Nahum Goldman, presiden kaum Yahudi Internasional dan Ben Gurion pemimpin pemerintahan Israel menuntut sejumlah besar berbaikan finansial pada konselor Adenauer pemimpin pemerintahan Jerman dimana mereka berhasil memperolehnya melalui prinsip "Perjanjian Luxembourg" pada tahun 1950. Sejak tanggal tersebut, semua warga Jerman dari semua umur bahkan mereka yang termasuk pada generasi setelah perang, memberikan sumbangannya pada Israel dengan demikian jumlah uang tersebut menggunung sampai-sampai Nahum Goldman sendiri mengakuinya.

Perbaikan-perbaikan finansial yang diberikan tersebut berlangsung sampai dengan tahun 2000 lebih.

Kadang-kadang orang memperhatikan ide kaum revisionis (pembaharuan) sebagai berikut: "Orang-orang Yahudi yang telah menciptakan genocide yang salah, ruangan-ruangan bergaz dan enam juta untuk mengambil (dengan cara memaksa) uang dari Jerman. Kaum revisionis tidak mengatakan seperti itu. Mereka katakan: "Orang-orang Yahudi menciptakan kebohongan selama perang. Ini biasa-biasa saja dalam suasana perang untuk melawan musuh. Di kemudian hari, beberapa tahun setelah konflik ini, orang-orang Yahudi lainnya menuntut uang dari Jerman; mungkin saja tuntutan mereka ini berasal dari dasar hati mereka; mungkin dari perasaan sebagai korban-korban kerusuhan massal yang sistimatik jika mereka berani mengatakan: Jerman harus membayar perusakan-perusakan". Seperti bisa dilihat disini tidak ada komplot tidak juga pidato tetapi suatu evolusi natural dari jiwa-jiwa yang dilahirkan dari sebuah kepercayaan mitos-mitos yang mereka buat sendiri. Hal seperti ini sering terjadi di dalam sejarah. Orang-orang Yahudi mempunyai mitos-mitosnya sendiri seperti juga terjadi pada semua komunitas-komunitas yang lainnya. Dan semua orang biasanya mencari keuntungan-keuntungan dari situasi yang diberikannya; tetapi bisa terjadi karena terlalu ingin memperoleh keuntungan kita bisa membuat kesalahan kita sendiri. Menurut pendapat saya ini yang terjadi pada orang-orang Yahudi. Mereka teracun oleh agama mereka sendiri dari Holocauste dan mencari orang-orang lain agar teracun olehnya. Mereka menimbulkan reaksi skeptis dan penolakan. Mereka dengan kata lain bertanggung jawab terhadap kaum revisionis dengan segala kemajuannya. Senjata n1 pemerintah Israel bukanlah bom atom tetapi propagandanya mengenai "Holocauste". Atau senjata itu menjadi semakin sensitif. Lagipula senjata tersebut dibuat hanya dari salah satu keadaan illusi kolektif, seperti dalam Sejarah, dan yang berpegangan pada cara-cara artifisial.

Bisa terjadi sekarang orang-orang Yahudi menolak agama dari "Holocaust". Tetapi jumlah mereka sangat sedikit dan mungkin tidak akan pernah menjadi efektif untuk menjadikannya positif dan menjadikannya masuk akal.

Sejak 1932, lingkungan dunia internasional kaum Yahudi telah menyebarkan kampanye melawan Hitler. Mereka menyatakan perang terhadap Jerman seperti perang melawan kebaikan terhadap kejelekan. Hitler telah memperlakukan orang-orang Yahudi Eropa sebagai musuh resmi. Beliau telah menciptakan pekerja paksa bagi yang mampu. Yang lain-lainnya telah dinetralisir dengan berbagai cara seperti yang kita dengar sebagai "musuh Negara". Beberapa lagi tentunya sudah dilahap dalam kamp-kamp konsentrasi atau pada kesempatan transit. Banyak orang-orang Yahudi yang mati dan banyak yang dapat mempertahankan hidup. Tidak ada perintah untuk mengeksterminasi orang-orang Yahudi, dan dalam kenyataan-kenyataannya, tidak ada eskterminasi. Tentu saja seperti dalam keadaan perang dimana saja pastilah ada perusakan-perusakan dimana kaum Yahudi maupun yang bukan telah menjadi korban-korbannya. Singkatnya bahwa orang-orang Yahudi yang hidup dari 1939 sampai dengan 1945 telah menjadi berita umum.

Sampai hari ini sangatlah mudah untuk dicatat bahwa orang-orang Yahudi masih ada. Bahkan setelah empat puluh tahun setelah perang mereka yang masih dapat mempertahankan diri dari kamp-kamp dan khususnya yang dari Auschwitz membicarakan mereka sendiri. Setiap orang Yahudi yang dapat mempertahankan hidupnya adalah bukti nyata tentang hidup mereka bahwa tidak ada eksterminasi Yahudi oleh Hitler. Secara pasti salah satu dari mereka selalu mempunyai tendensi memperlihatkan/memperkenalkan diri sebagai "khusus" dan memberi tahu kita bahwa ini suatu keajaiban kalau mereka dapat lolos dari pembunuhan/perusakan massal. Tetapi bila perkecualian-perkecualian dan keajaiban-keajaiban menumpuk sampai sedemikian rupa nampaknya kita berhadapan dengan keadaan alamiah. Didalam mayoritas mereka yang luas, para "pejuang yang berhasil lolos tersebut" mengenal apa yang dinamakan kamp-kamp konsentrasi; ada yang sampai mempunyai anak didalamnya, tidak wajib bekerja ; mereka sepertinya nampak sebagai " mulut yang tak berguna " ; orang-orang Jerman menurut logika yang mereka terapkan, harusnya mengeksterminasi mereka. Oran-orang Jerman tidak melakukannya hanya karena tidak ada perintah dalam hal ini. Orang Yahudi seperti Simon Wiesenthal ingin meyakinkan kita bahwa Hitler mungkin kadang-kadang lupa untuk membunuhnya. Dari sini orang masih memerlukan suatu kepastian : kamp-kamp yang didirikan untuk kaum Yahudi oleh Hitler bukanlah kamp-kamp eksterminasi karena banyak sekali orang-orang Yahudi yang kembali ketempat tersebut.

Para pejabat Israel sangat bersemangat, bukan untuk terorisme, bukan untuk kemampuan militer bangsa Arab atau kaum Islam tetapi terhadap kemajuan kaum revisionis yang bersejarah. Begin dan Navon telah menyatakannya. Seorang sionis (Dr. W.D. Rubinstein, Perguruan ilmu-ilmu sosial, Universitas Deakin di Australia dalam majalah Bangsa, 21 juni 1979, hal 639) menyingkat pemikiran-pemikiran mereka saat beliau menulis : Jika Holocauste nampak sebagai kekecewaan, senjata No1 dari senjata-senjata propaganda Israel menghilang.